Esposin, SOLO— Jawa Tengah (Jateng) mengalami deflasi selama empat bulan berturut-turut hingga Agustus 2024. Bank Indonesia (BI) menyebut hal itu tidak terpengaruh oleh faktor penurunan daya beli masyarakat.
Pada acara Media Briefing BI Jateng yang digelar juga secara online, Selasa (10/9/2024), Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jateng, Rahmat Dwisaputra, menyampaikan turunnya beberapa harga komoditas, terutama komoditas pangan, telah memberikan andil deflasi di Jateng pada Agustus 2024.
Promosi Didukung BRI, Usaha Pisang Sale Mades di Parigi Sulteng Makin Berkembang
Komoditas yang dimaksud di antaranya ada bawang merah, daging ayam ras dan telur ayam ras yang mencatatkan penurunan harga. Di sisi lain kenaikan harga bahan bakar minyak atau bensin dari kelompok transportasi menahan deflasi lebih dalam.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, pada Agustus 2024, inflasi year on year (yoy) Provinsi Jateng sebesar 1,77%. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tegal sebesar 2,13% dan terendah terjadi di Kabupaten Wonosobo sebesar 1,28%.
Tingkat deflasi month to month (mtm) Provinsi Jateng pada bulan Agustus 2024 sebesar 0,07%.
“Usaha pertanian yang cukup tinggi pertumbuhannya menyebabkan beberapa komoditas pangan tersedia cukup banyak. Hal ini menyebabkan pada Agustus masih deflasi. Deflasi terjadi 4 bulan berturut-turut yakni Mei, Juni, Juli, Agustus,” kata dia.
Meski telah terjadi deflasi secara berturut-turut dia mengatakan sejauh ini belum terdeteksi adanya penurunan daya beli masyarakat di Jateng.
“Kalau kita lihat daya beli masyarakat berdasarkan indeks keyakinan konsumen masih tinggi, masih di atas angka 100. Ini menandakan masyarakat masih optimis terhadap kondisi perekonomian,” kata dia.
Di sisi lain, adanya andil inflasi pada kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran, juga menunjukkan daya beli masyarakat yang masih tinggi.
Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Dwiyanto Cahyo Sumirat, menyebutkan untuk Kota Solo, pada Agustus 2024 juga mengalami deflasi.
“Untuk Kita Solo, pada Agustus 2024 mengalami deflasi 0,03% secara bulanan. Secara tahunan laju inflasi di Solo ada 2,04%,” kata dia.
Menurutnya terkendalinya inflasi tersebut salah satunya merupakan dampak adanya koordinasi TPID dengan Perumda PAU Pedaringan untuk bisa berkolaborasi memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satunya dengan kegiatan gerakan pasar murah dan intervensi pasar lainnya.
Selain itu juga kerja sama dengan Bulog dalam penyediaan komuditas poko seperti beras dan komoditas penting lainnya.
Berdasarkan berita statistik BPS, wilayah Kota Solo juga mengalami deflasi selama empat bulan terakhir hingga Agustus 2024.