Esposin, SOLO — Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Solo mencatat angka harapan hidup dan indeks pembangunan manusia (IPM) di Kota Bengawan terus meningkat dalam empat tahun terakhir.
Statistisi Ahli Madya BPS Kota Solo, Istanti, menuturkan angka IPM 2023 terus mengalami kenaikan, namun jika dilihat dari pertumbuhan dari 2022 ke 2023 menurun.
Promosi Dukung Pemberdayaan Wanita, BRI Raih Penghargaan CSR di Merdeka Award 2024
Angka IPM pada 2020 tercatat 82,21, naik pada tahun selanjutnya menjadi 82,62. Pada 2022 juga meningkat menjadi 83,08, dan pada 2023 tercatat 83,54.
“Kalau dilihat dari pertumbuhannya itu menurun, dilihat dari 2020, itu 0,42%, kemudian pada 2021, 0,50%. Terus naik di 2022, itu 0,56%, tapi di 2023 menurun [kecepatan] pertumbuhannya, menjadi 0,55%,” terang Istanti saat ditemui di Kantor BPS Kota Solo, Rabu (25/9/2024).
Lebih lanjut, Istanti menjelaskan angka IPM di Solo menjadi peringkat ketiga tertinggi di Jawa Tengah (Jateng), setelah Kota Salatiga (84,99) dan Kota Semarang (84,43).
Dia menjelaskan status IPM di Kota Bengawan sudah masuk kategori sangat tinggi sejak 2015.
“Kalau IPM itu salah satu indikator yang untuk mengetahui capaian pembangunan manusia. Secara umum pembangunan manusia di Solo itu sudah cukup bagus nomor tiga di Jateng,” ujarnya.
Semakin tinggi nilai IPM suatu negara/daerah, menunjukkan pencapaian pembangunan manusianya semakin baik.
Di sisi lain, usia harapan hidup di Solo terus menunjukkan tren peningkatan. Pada 2020 angka harapan hidup di Solo tercatat 77,22 tahun, naik menjadi 77,32 di tahun selanjutnya.
Kemudian pada 2022 naik lagi menjadi 77,43 tahun, dan pada 2023 tercatat menjadi 77,63 tahun.
Peningkatan juga tampak pada harapan lama sekolah, pada 2023 harapan lama sekolah di Kota Bengawan tercatat sebesar 14,90 tahun.
Statitisi Ahli Muda BPS Kota Solo, Afifah Imas Nugraheni, menambahkan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) secara berkesinambungan perlu memperhatikan tiga aspek penting.
Tiga aspek itu meliputi peningkatan kualitas fisik (kesehatan), intelektualitas (pendidikan), maupun kemampuan ekonomi (daya beli) seluruh komponen masyarakat.