by Galih Aprilia Wibowo - Espos.id Ekonomi - Jumat, 28 Juli 2023 - 17:50 WIB
Esposin, SOLO — Suara pemilih muda menjadi penentu Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang. Pemilu 2024 akan diwarnai oleh Generasi Milenial dan Generasi Z yang dinilai mempunyai kontribusi penting.
Dalam laman kpu.go.id yang diakses Esposin, Jumat (28/7/2023), hampir sebanyak 60% proyeksi data pemilih pada Pemilu 2024 diisi oleh pemilih muda.
Tentu, beragam cara dilakukan untuk memenangkan suara pemilih muda ini. Tidak hanya pemilih, kontestasi Pemilu 2024 ini juga diwarnai para politikus muda yang menjadi bakal calon legislatif (bacaleg).
Bacaleg DPR Dapil V Jawa Tengah, dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Mohammad Toha, menjelaskan keikutsertaan caleg muda dalam Pemilu 2024 tidak sekadar menggaet suara pemilih muda.
Bacaleg DPR Dapil V Jawa Tengah, dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Mohammad Toha, menjelaskan keikutsertaan caleg muda dalam Pemilu 2024 tidak sekadar menggaet suara pemilih muda.
Toha menguraikan hal ini merupakan sebagai upaya regenerasi politik. Mayoritas caleg muda tersebut juga mengisi di daerah pemilihan (Dapil) di Soloraya.
Hal ini ia ungkapkan dalam Talk Show Virtual bertajuk Adu Program Gaet Suara Rakyat yang digelar Solopos Media Group di Youtube Espos Live pada Kamis (27/7/2023).
Caleg muda ini, menurut Toha sudah mantap secara keilmuan. Ia sendiri merawat konstituen yang telah ada dengan berjejaring dari lingkup terkecil.
Sebagai penikmat seni dan budaya, sosial media miliknya ia gunakan hanya untuk berbagai. Misalnya untuk bermain musik dan podcast, bukan sebagai sarana kampanye.
Shoma, menilai anak muda yang memutuskan untuk terjun ke dunia politik, seperti dirinya bukan hanya pelengkap. Keikusertaan anak muda ini, ia nilai sebagai kekuataan besar.
“Jadi anak muda tidak bisa dimaknai sebagai obyek saja. Tapi bisa [untuk] merangkul untuk mendapatkan aspirasi yang berimbang, dari generasi bapak ibu saya dan juga teman-teman,” ujar Shoma.
Menurut Shoma, anak muda digadang-gadang sebagai agent of change. Cara untuk memulai perubahan tersebut, salah satunya dengan keikutsertaan anak muda di dunia politik.
Sebagai salah satu caleg muda, beragam strategi telah ia siapkan. Mulai dari cara konvensional dengan turun ke lapangan, juga aktif di media sosial. Dengan menggunakan media sosial, menurut Shoma, dia mampu menggaet audience yang besar.
Bacaleg DPRD Dapil VII Jateng, Quatly Abdulkadir Alkatiri, 62, menjelaskan selama ini tidak hanya menempatkan caleg muda sebagai cadangan.
Politikus asal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengatakan caleg muda memiliki kesempatan yang sama dengan yang lainnya.
Hal ini sejalan dengan sistem Pemilu proporsional terbuka, rakyat sebagai memilih memiliki kebebasan secara langsung parpol dan kandidat yang inginkan.
Kandidat memiliki kesempatan mendapatkan dukungan langsung dari pemilih berdasarkan faktor personal. Artinya, parpol harus bersaing dalam ideologi, platform politik, kualitas, dan popularitas calon untuk menggaet suara pemilih muda
“Kami berorientasi caleg muda ini jadi, bukan seladar cadangan,” ujar Qualty.
Menurutnya, adanya caleg-caleg muda ini bisa menciptakan kolaborasi yang baik dengan politikus senior di berbagai program. Merawat silaturahmi adalah caranya menjaga konstituen yang telah dibangun. Selain itu, ia mengaku juga aktif di media sosial.