ekonomi
Langganan

Pengamat: Kurikulum Pendidikan Tertinggal, Tak Mengikuti Kebutuhan Industri - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Gigih Windar Pratama  - Espos.id Ekonomi  -  Selasa, 24 Oktober 2023 - 18:11 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi pekerja di perusahaan pusat data. (freepik).

Esposin, SOLO -- Pengamat pendidikan sekaligus Anggota Dewan Penasehat Center for the betterment of Education (CBE) Jakarta, Darmaningtyas, menanggapi banyaknya pengusaha yang mengeluhkan lulusan sarjana dan magister tidak bisa bekerja maksimal.

Salah satunya disebabkan karena kurikulum pendidikan yang tidak bisa mengikuti kemajuan industri saat ini.

Advertisement

Ia juga menilai, kompetensi dunia kerja ini terus berkembang hanya dalam hitungan bulan, ini yang membuat para angkatan kerja kesulitan mendapatkan pekerjaan.

"Kebutuhan kompetensi di dunia kerja, termasuk perusahaan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan perubahan kurikulum. Kebutuhan kompetensi di dunia kerja hitungannya bisa bulan atau paling lama setahunan, sedangkan revisi kurikulum paling cepat lima tahunan," ujarnya kepada Esposin, Selasa (24/10/2023).

Advertisement

"Kebutuhan kompetensi di dunia kerja, termasuk perusahaan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan perubahan kurikulum. Kebutuhan kompetensi di dunia kerja hitungannya bisa bulan atau paling lama setahunan, sedangkan revisi kurikulum paling cepat lima tahunan," ujarnya kepada Esposin, Selasa (24/10/2023).

Darmaningtyas melanjutkan, saat ini yang dibutuhkan adalah angkatan kerja yang memiliki keterampilan pasca lulus dari jenjang pendidikan.

Solusi yang ditawarkan adalah pembentukan Balai Latihan Kerja (BLK) yang harus  ada di setiap kabupaten atau kota.

Advertisement

Darmaningtyas melanjutkan, fungsi dari BLK ini adalah menjembatani kebutuhan antara lapangan kerja dengan dunia pendidikan.

Ia menyebut, karena perkembangan dan kebutuhan dunia kerja yang sangat cepat, perlu adanya BLK untuk mengenalkan lulusan baru terhadap kebutuhan industri.

"Tanpa ada bantuan BLK-BLK selalu akan muncul keluhan miss match antara lulusan sekolah dengan kebutuhan dunia kerja," tegasnya.

Advertisement

Sebelumnya,  Sekretaris Apindo Kota Solo, Sri Saptono Basuki, mengatakan ada sejumlah faktor yang menyebabkan angkatan kerja mendapatkan pekerjaan, mulai dari perubahan pola kebiasaan hingga keterhubungan antara dunia pedidikan dengan kebutuhan lapangan kerja.

"Saat ini memang terjadi perubahan pola habis anak seiring dengan transformasi digital dan teknologi. Selain itu kurikulum sekolah yang terlambat mengantisipasi pola disrupsi saat ini, moral knowing, moral action dan moral feeling anak-anak sekarang belum terbangun secara utuh. Selain itu, link and match dunia pendidikan dengan budaya kerja serta industri perlu terus ditingkatkan dan diakselerasikan," ujarnya kepada Esposin, Sabtu (21/10/2023).

Advertisement
Ika Yuniati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif