Esposin, SOLO -- Tumbuhnya sektor informal dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi wilayah. Hal ini tercermin dari produk domestik regional bruto (PDRB).
Hal ini mengemuka dalam focus group discussion (FGD) standar pelayanan publik tahun 2024 yang digelar oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, di Mahalaya The Legacy Hotel Kota Solo, Selasa (20/8/2024).
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Wakil Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Solo, Sri Saptono Basuki menyebut saat ini pekerja di sektor informal dan UMKM makin tumbuh di Solo. Sementara sektor formal dan bukan UMKM, ada sekitar 800 perusahaan.
"Bagaimana kita bisa melihat pertumbuhan ekonomi kalau kita hitung katakanlah yang informal dan UMKM, itu UMK [upah minimum kabupaten/kota] di bawah, tidak pakai [sesuai] UMK. Kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi akan seperti apa? Karena ini akan relevan dengan PAD [pendapatan asli daerah]," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah menyebut barang dan jasa yang dihasilkan di suatu wilayah tanpa melihat berasal dari sektor apa, akan mendukung produk domestik bruto.
"Kalau seandainya tidak terlalu efisien pengaruhnya terhadap pajak, makanya kenapa dalam keadaan itu, kalau bisa mereka [UMKM] juga badan usaha," ungkapnya.
Sebelumnya, Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Anton Agus Setyawan, menyebut saat ini pekerja di Indonesia didominasi dari sektor informal.
"Ini ditandai dari sisi jumlah orang yang bekerja. Pemerintah bisa beragumen bahwa angka pengangguran tetap di sekitar 4%-5%, tetapi kualitas pekerjaannya makin turun. Itu bisa dilihat dari persentase jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor formal yang tidak pernah berubah di kisaran 40%," ungkap Anton.
Sementara, lanjut dia, masih ada sebanyak 60% tenaga kerja yang bekerja di sektor informal. Anton menguraikan ketika orang yang bekerja di sektor formal, tentu bergaji di atas upah minimum regional (UMR), mereka juga mendapat tunjangan kesehatan, keluarga, dan lain-lain.
Sedangkan saat ini pekerja didominasi dari sektor informal, misalnya pedagang kaki lima (PKL) atau UMKM dan semua pekerja yang dibayar di bawah UMK.
"Saya khawatirnya, kalau makin banyak pekerja di sektor informal, meskipun mereka bekerja. Makan tiga kali sehari, konsumsi mereka juga masih bisa berbelanja dan wisata atau hiburan. Tetapi ini rentan, kalau ada guncangan ekonomi, pekerja di sektor informal itu gampang sekali untuk kemudian turun kualitas hidupnya," paparnya.